Silaturahmi Ke Annur Bantul

Sudah lama aku tidak suwan ke Annur Bantul. Tempat dimana aku pernah menyenyam pendidikan. Walau hanya singkat namun ada rasa dan asa dimana aku pernah di didik dan dibesarkan tentang kedewasaan.

Terakhir aku ke Pesantren Annur Bantul tahun 2013 ketika anak pertama dan kedua masih kecil. Yai Nawai waktu itu masih sugeng. Aku masih diberi kesempatan sowan dengan beliau. Meski dalam keadaan gerah, tapi beliau masih antusias menerimaku beserta keluarga. Tidak banyak yang beliau ngendikaken karena posisi beliau yang sudah sepuh dan gerah, kami waktu itu lebih banyak berkomuniasi dengan garwo Yai Nawani

Kemarin hari Jum’at 10 Mei 2024 aku punya kesempatan kembali datang ke Annur Bantul. Rasanya senang bisa bertemu dengan keluarga Annur Bantul. Kesempatan yang tidak aku sia-siakan untuk minta dan ngalap berkah ke putra-putri beliau yang saat ini melanjutkan estafeta kepemimpinan pesantren tersebut.

silaturahmi pertama di pondok pesantren BUQ Demak

Bertolak dari Berasan aku ditemani mbak Mila, dan adikku Bela berangkat setelah Isya. Agenda pertama sebenarnya ingin sowan ke pesantren adikku Bela di Demak. Bela kurang lebih tiga tahun menyenyam pendidkan Qur’an di sana. Dan sudah hampir 2 tahun dia boyong dari pesantren itu.  Dia rasanya kepingin sowan ke bu nyainya.  Karena minta diantarkan, maka kesempatan ini tidak aku sia-siakan bersilaturrahmi ke pesantren Annur Bantul.

Aku, mbak dan adikku sampai di pesantren Demak pagi hari. Suasana masih terlihat lengang karena semua santri sedang ngeleler hafalan. Tiba di sana aku dan rombongan transit melakukan istirahat secukupnya sembari menunggu waktu longgarnya bu nyai. Alhmdulilah beliau kerso kami silaturahmini. Posisi beliau juga tidak sedang akan tindak. Jadi sedikit leluasa bersilaturahmi kemarin.

Sebab selama perjalanan aku sedikit was-was. Ya, kuatir beliau sedang tindakan. Kuatir beliau sedang tidak bisa menerima tamu karena gerah atau gimana. Namun alhmdulillah semua itu dimudahkan oleh Allah bisa bertemu dan ngalap berkah ke beliau.

Selama sowan ke beliau ada beberapa hikmah dari ngendikonya yang aku simpat dalam momoriku. Pertama kudu ajek ngeleler hapalan. Karena bagi beliau hal yang paling berat bagi alumni yang sudah berumah tangga maupun bersyarakat adalah ngeleler atau menjaga hafalannya.

Kedua jangan lupa untuk selalu mendoakan kepada keluarga pesantren agar ilmu yang ia dapatkan tetap barokah. Karena barokahnya ilmu itu salah satunya adalah selalu mendoakan dan kirim doa kepada orang yang pernah mengajarinya.

Ketiga jangan sampai terputus atau memutuskan tali silaturhmi. Meski sudah keluar dari pesantren hubungan batin hendaknya tetap di jaga dan dipelihara dengan jalan menjalin silaturhami secara inten. Karena menurut beliau banyak santri yang sudah ke luar pesantren tidak pernah menyambangi pesantrennya.

Dan masih banyak lagi hikmah yang aku dapatkan ketika mengantarkan adikku Bela sowan ke beliau yang menerima kami bertiga dengan atusias.

Setelah beberapa jam kami bersilaturhami di Demak, perjalanan kami lanjutkan ke Jogja menuju pesantren Annur Bantul. Kurang lebih tiga empat jaman jalur tol kami sampai di pesantren Annur jogja. Di sana kami sudah ditunggu temanku selama dulu mondok. Kebetulan rumahnya satu kampung dengan peantren Annur. Dia aku kabari seminggu sebelum aku berangkat tentang niatanku sowan serta kuajak  mengawal silaturahmi ke keluarga Annur Bantul.

ziarah ke maqam si mbah yai nawani bantul sebelum sowan ke ndalem

Tepat sekitar ba’da isya jami ketemu dengan beberapa bunyai dan kiyai. Ada pesan penting dari beliau-beliau yang perlu aku tulis disini: ” lak nderes seng mempeng lan ajek”

Pesan beliau adalah seperti cest baterai hp hampir habis. Menambah imun, semangat untuk aku bawa dan tularkan ke anak-anak.

Hampir satu jam kami menimba ilmu ke beliau meski dalam ruang lingkup silaturahmi. Rasanya adem hati ini mendengarkan petuah-petuah beliau.

Setalah kami bersilaturahmi, kemudian kami mencari tempat penginapan hal ini karena situasi sudah larut malam serta tidak memungkinkan melanjutkan perjalanan ke tempat yang sekiranya bisa dimanfaatkan untuk sekedar rehat dan mencari inspirasi seperti Marioboro. Apalagi pulang langsung ke Banyuwangi. Sopir perlu istirahat, termasuk  Aku, mbak Mila dan Bela.

Setelah bermalam, paginya kami melanjutkan ke Marioboro. Di sana aku dan rombongan sebelum jalan-jalan mencari sesuatu yang perlu dicari, kami sarapan pagi mengisi perut yang sudah keroncongan.

Di Marioboro aku teringat pesan suamiku suruh mencarikan masakan khas Gudek. Alhamdulillah setelah kesana kemari akhirnya aku menemukan penjual Gudek sebagai oleh-oleh titipan suami. Tak perlu kuatir lagi soal basi atau tidak. Penjual memastikan aman dibawa pulang.

Setelah beberapa jam jalan-jalan di sana akhirnya aku melanjutkan perjalan pulang. Dan alhamdulilah selamat sampai rumah pukul tiga pagi.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *